Ketakutannya Pada Kematian, Mengenalkannya Pada Islam
Janna barangkali tak pernah menyangka, liburannya bersama keluarga ke Uni Emirat Arab (UAE) sekitar 13 tahun kemudian menjadi sesuatu yang cukup berkesan dalam hidupnya.
Ia seorang Yunani yang dibesarkan di lingkungan keluarga dengan tradisi Yunani Ortodoks yang sangat kental. Gadis kelahiran Jerman ini selalu pergi bersama keluarga besarnya untuk menghabiskan waktu liburan. “Waktu umurku sekitar 13 tahun, kami berkeliling UAE,” tuturnya.
Ketika itu hari Jumat. Janna benar-benar sangat terkesan mendengar bunyi azan. Semua orang yang sedang berada di pasar tiba-tiba saja menghentikan seluruh aktivitasnya. Mereka mengambil karpet, memenuhi jalan untuk shalat. “Saya benar-benar ingin tahu apa bekerjsama maksud bunyi panggilan itu,” ujarnya.
Ia sama sekali tak mengerti wacana azan. Namun, suatu ketika, bunyi itu mengubah jalan hidupnya.
Phobia KematianJanna termasuk seorang yang unik. Ia mengalami phobia kematian. Ia akan berusaha secepat mungkin menghindari dialog wacana kematian. Ia juga belum pernah menghadiri pemakaman.
Semuanya tiba-tiba berubah ketika melihat sang paman meninggal dunia sempurna di hadapannya. “Saya berpikir, ternyata kita banyak menghabiskan waktu untuk sesuatu yang sanggup saja hilang dalam hitungan detik,” katanya.
Setelah melihat maut sang paman, ia mengalami kesulitan tidur. Semalaman, ia terbangun sampai tiga kali, memastikan ayah dan ibunya masih bernafas di malam itu.
Saat mulai membaca wacana Islam, ia menemukan balasan yang tak sanggup ia temukan pada agamanya sendiri. Keyakinannya tumbuh kala membaca sirah (biografi) Rasulullah. “Saya melihat Nabi Muhammad sebagai orang mulia dengan huruf yang luar biasa,” katanya.
Setelah membaca sirah nabi, ia sadar harus menghapus segala sesuatu yang ia ketahui wacana Islam. Dan merasa harus mencar ilmu lagi dari nol, alasannya yaitu fakta-fakta wacana Islam yang ia ketahui selama ini, tak semuanya benar. Ia mulai menyadari Islam sebagai sebuah kebenaran.
Meskipun sudah yakin, Janna masih takut untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia masih memikirkan bagaimana respon orang tuanya. Ia yakin keluarganya niscaya takkan sanggup mendapatkan bila ia menjadi seorang Muslim. Dan hidupnya niscaya akan berubah secara dramatis.
Setelah sempat galau, Allah mempertemukan Janna dengan seorang mahasiswa Jerman asal Mesir, berjulukan Noha. Bagi Janna, pertemuan dengan Noha sangat membantunya meyakinkan diri wacana keimanan yang sedang dirasakan. “Saya mendapatkan keberanian yang lebih untuk meyakinkan apa yang sedang saya lakukan. Dia (Noha) banyak membantu,” kata Janna.
Noha mulai menjelaskan segala sesuatu wacana Islam. Sekitar satu setengah bulan kemudian, Janna pun bersyahadat. “Alhamdulillah, saya bersyahadat di hadapan sekitar 20 saksi. Saya takkan pernah melupakan syahadat dan shalat saya yang pertama,” ujarnya.
Sumber http://gudangislami.blogspot.com
Ia seorang Yunani yang dibesarkan di lingkungan keluarga dengan tradisi Yunani Ortodoks yang sangat kental. Gadis kelahiran Jerman ini selalu pergi bersama keluarga besarnya untuk menghabiskan waktu liburan. “Waktu umurku sekitar 13 tahun, kami berkeliling UAE,” tuturnya.
Ketika itu hari Jumat. Janna benar-benar sangat terkesan mendengar bunyi azan. Semua orang yang sedang berada di pasar tiba-tiba saja menghentikan seluruh aktivitasnya. Mereka mengambil karpet, memenuhi jalan untuk shalat. “Saya benar-benar ingin tahu apa bekerjsama maksud bunyi panggilan itu,” ujarnya.
Ia sama sekali tak mengerti wacana azan. Namun, suatu ketika, bunyi itu mengubah jalan hidupnya.
Phobia KematianJanna termasuk seorang yang unik. Ia mengalami phobia kematian. Ia akan berusaha secepat mungkin menghindari dialog wacana kematian. Ia juga belum pernah menghadiri pemakaman.
Semuanya tiba-tiba berubah ketika melihat sang paman meninggal dunia sempurna di hadapannya. “Saya berpikir, ternyata kita banyak menghabiskan waktu untuk sesuatu yang sanggup saja hilang dalam hitungan detik,” katanya.
Setelah melihat maut sang paman, ia mengalami kesulitan tidur. Semalaman, ia terbangun sampai tiga kali, memastikan ayah dan ibunya masih bernafas di malam itu.
Ketakutannya terhadap maut membuatnya mulai meneliti wacana Islam. “Sebelumnya, saya pernah meneliti agama lain. Tapi belum menemukan susuatu yang meyakinkan,” ungkapnya.
Saat mulai membaca wacana Islam, ia menemukan balasan yang tak sanggup ia temukan pada agamanya sendiri. Keyakinannya tumbuh kala membaca sirah (biografi) Rasulullah. “Saya melihat Nabi Muhammad sebagai orang mulia dengan huruf yang luar biasa,” katanya.
Setelah membaca sirah nabi, ia sadar harus menghapus segala sesuatu yang ia ketahui wacana Islam. Dan merasa harus mencar ilmu lagi dari nol, alasannya yaitu fakta-fakta wacana Islam yang ia ketahui selama ini, tak semuanya benar. Ia mulai menyadari Islam sebagai sebuah kebenaran.
Meskipun sudah yakin, Janna masih takut untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia masih memikirkan bagaimana respon orang tuanya. Ia yakin keluarganya niscaya takkan sanggup mendapatkan bila ia menjadi seorang Muslim. Dan hidupnya niscaya akan berubah secara dramatis.
Setelah sempat galau, Allah mempertemukan Janna dengan seorang mahasiswa Jerman asal Mesir, berjulukan Noha. Bagi Janna, pertemuan dengan Noha sangat membantunya meyakinkan diri wacana keimanan yang sedang dirasakan. “Saya mendapatkan keberanian yang lebih untuk meyakinkan apa yang sedang saya lakukan. Dia (Noha) banyak membantu,” kata Janna.
Noha mulai menjelaskan segala sesuatu wacana Islam. Sekitar satu setengah bulan kemudian, Janna pun bersyahadat. “Alhamdulillah, saya bersyahadat di hadapan sekitar 20 saksi. Saya takkan pernah melupakan syahadat dan shalat saya yang pertama,” ujarnya.
Sumber http://gudangislami.blogspot.com
Posting Komentar untuk "Ketakutannya Pada Kematian, Mengenalkannya Pada Islam"